Kelana tetap menunggu ditempat itu, menunggu yang tidak pasti. Hari sudah semakin gelap karena hujan akan datang dan suara petir yang bergemuruh dari kejauhan sana. Satu mobil datang dan berhenti didepan titik Kelana berdiri. Lalu kacanya terbuka secara otomatis
“Kelan, ayo cepetan” Ujar Pria itu
Karena sudah tidak memiliki opsi lain, Kelana membuka kursi pintu belakang mobil tersebut namun pria itu berkata
“Duduknya disamping gue, jangan dibelakang” Ucap pria itu
“Gamau” Jawab Kelana
“Inget Lo itu numpang” Ucap pria itu lagi.
Dengan kesal, Kelana menutup pintu belakangnya dan pindah kepintu depan tepatnya sebelah kursi Pria itu, Matteo. Kelana membuka ponselnya ia membalas pesan yang dikirim Ibundanya. Namun ia mengira, dirinya akan kuat membalas pesan itu namun tidak. Dirinya berusaha menahan air matanya.
“Kenapa?” Tanya Matteo
Kelana mengusap air mata yang sudah terlanjur menetes
“Gue gak kenapa-kenapa” Jawab Kelana sambil mengusap air matanya
“Cerita aja sama gue”
“Gamau”
Kelana mengetik pesan diponselnya untuk Keano Najeal
Kean aku mau nangis
Aku mau peluk kamu.
Namun tidak ada jawaban dari Keano, ponselnya masih tidak aktif. Air mata Kelana tidak bisa berhenti, ingin terus menangis karena semuanya. Matteo menoleh, Kelana yang menundukkan kepalanya, menunjukkan rasa sedih tanpa berkata.
“Nih tisu” Matteo menyodorkan tissue itu kepada Kelana
“Lo kalo mau nangis, nangis aja”
“By the way rumah Lo dimana? Gue gatau” Ucap Matteo
“Beli gelato dulu mau gak?”
Setelah kata-kata yang diucapkan Matteo, Kelana tidak menjawab apa-apa.
Setelah lima menit..
Sepuluh menit..
Masih sama saja, tidak ada jawaban dari Kelana. Namun tiba-tiba, mobil itu berhenti dipinggir jalan, Matteo turun dari mobil itu dan masuk ketoko tempat Gelato itu. Setelah hampir lima belas menit menunggu Kelana berhenti menangis.
Matteo pun datang membawa satu gelato rasa Sesame dan Dark Chocolate yang dicampur disatu tempat. Ia menawarkan untuk Kelana
“Nih”
“Makasih, tapi gue gak minta” Ucap Kelana
“Ya udah gapapa. Biar sedihnya gak berlanjut” Jawab Matteo
“Jadi kemana kita?” Tanya Matteo
“Pondok Beautiful nomor 89”
Ketika sampai didepan gerbang rumah milik Kelana
“Kenapa gak kabur aja sih?” Tanya Matteo
“Panjang nanti masalahnya”
“Gue juga udah terbiasa kalo kaya gini” Jawab Kelana dengan singkat
“Pulang gih, udah mau malem. Sorry ya ngerepotin lo” Kelana membuka pintu mobil, lalu ia pergi keluar
“Ya gapapa, gue cuman suka direpotin sama Lo doang” Ucap Matteo
Kelana membuka gerbang rumahnya, ia membuka pintu rumahnya. Disambut dengan Bundanya yang sedang duduk minum teh hangat disofa sambil memegang ponselnya
“Bagus, baru pulang? Baru inget?”
“Winy kabur tuh, bunda gatau kemana”
“Pacaran aja terus, sampe gatau waktu janjinya jam setengah satu. Sekarang jam berapa?” Ucap Bundanya
Kelana hanya bisa diam berdiri disitu, tanpa bisa berkata-kata lagi. Dirinya merasa sangat bersalah
“Maaf, Bunda.” Kata Kelana seraya kepalanya menunduk
“Bunda gamau kamu ngulangin hal yang sama”
Kelana menghiraukan itu, dirinya pergi meninggalkan tempat itu, menaiki tangga dan membuka pintu kamar. Kelana membaringkan tubuhnya dikasur, tanpa di ketahui airmata menetes lagi.
“I need someone to hold me”
Batin Kelana, pikirannya yang berisik tidak bisa tenang. Belum mengerjakan tugas dari kampus, perginya Keano, terbayang akan Matteo, dan kesalahan dirinya di hari ini. Itu lah yang ada dibenaknya. Ia membuka roomchat WhatsAppnya. Tidak ada pesan yang ia harapkan, pesan dari Keano. Hanya ada pesan-pesan yang menurutnya tidka penting. Kelana mematikan daya ponselnya.